Selasa, 19 Maret 2019

Sejarah Gereja - Makalah Perkembangan Gereja Abad Pertengahan

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kepercayaan iman Kristen, Yesus Kristus adalah kepala gereja. Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus disebut gereja. Gereja didirikan oleh-Nya, sementara Roh Kudus-Nya tentu berkarya dalam mengembangkan serta memelihara gereja di dunia. Tanda penyertaan Tuhan bagi gereja-Nya nampak pada saat Ia berjanji bahwa Ia akan menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20b). Dalam menjalankan misinya bagi dunia, gereja diperlengkapi dengan berbagai karunia melalui umat yang Tuhan tempatkan dalam gereja untuk menjadi para pelayan-Nya. Dalam panggilan misinya bagi dunia, gereja mengalami berbagai tantangan dan hambatan, namun dalam keadaan demikian, gereja terus bertumbuh dan semakin bertumbuh. Untuk mengetahuinya dengan lebih baik, kita akan menelusuri sejarah perkembangannya, khusunya Perkembangan Gereja pada Abad Pertengahan.
Abad pertengahan ditandai dengan jatuhnya kekaisaran Romawi dan kekaisaran Jerman lama. Pada masa ini terjadi peristiwa Perang Salib yang berakhir dengan pembagian terbaginya Yerusalem menjadi 3 wilayah: barat untuk Islam, timur untuk Kristen dan selatan untuk Yahudi. Kesusastraan dipegang terutama oleh golongan agama (Geistlichedichtung) dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jerman tinggi kuno (Althochdeutsch). Masa ini disebut pula sebagai abad kegelapan (Dark Ages). Abad pertengahan (Jerman : Mittelalter) adalah sebuah masa yang terletak antara abad kuno dan abad modern. Merupakan masa peralihan di mana gereja bersama dengan raja menguasai kehidupan masyarakat Eropa secara ideologis.





















BAB II
PEMBAHASAN

 Sejarah gereja abad pertengahan (590-1492/1517)
1.      Arti abad pertengahan
Selama abad ini gereja di Eropah  Barat memainkan peranan menentukan seluruh kehidupan masyarakat.pada waktu yang sama Eropah keluar keseluruh dunia(1492: colombus menemukan Amerika ).  Saat dimana gereja tidak lagi terbatas pada Eropah dan Timur Tengah seperti dahulu. Juga kesatuan gereja Barat yang dapat dipertahankan  selama abad pertengahan, mejadi hilang karena Reformasi Martin Luther(1517).
2.      Sejarah gereja abad pertengahan
awal abad pertengahan(590-910)
Agama  kristen mulai tersebar ke batas Utara dan Timur laut benua Eropa, sedangkan di Timur Tengah dan Afrika Utara gereja terancam oleh serbuan pihak Islam. Sejak itu gereja di Barat dan Timur menjalankan sejarahnya masing-masing.
Di Eropa Barat gereja dinamakan gereja katolik Roma, yang dipimpin oleh uskup Roma, pusat gereja disebut paus. Paus tidak hanya sebagai kepala gereja tapi juga pemimpin masyarakat. Gereja berperan di bidang politik dan kebudayaan sehingga Gereja Katolik-Roma menentukan seluruh kehidupan masyarakat. Di Timur adalah kebalikan dari Barat. Ibukota Konstantinopel adalah pusat gereja Timur. Gereja Timur dinamakan gereja ortodoks (benar) kehidupan gereja terpusat pada kebaktian, dimana para anggota gereja melalui perayaan liturgy (terutama sakramen Perjamuan Kudus) mendapat bagian dalam keselamatan abadi.
abad pertengahan yang jaya (910-+1300)
1.      awal kejayaan abad pertengahan ditandai oleh suatu reformasi atau pembaharuan kebiaraan yang mulai di Cluny Perancis. Reformasi ini merupakan reaksi terhadap perkembangan kebiaraan pada awal abad pertengahan dimana biara-biara, karena kedudukannya yang istimewa dalam masyarakat memperoloh kuasa besar dibidang duniawi. Biara-biara diberi tanah dan kekayaan sehingga semakin menjadi mewah. Namun perkembangan ini didobrak pada tahun 910, di Cluny karena didirikan biara baru yang berusaha memulihkan cita-cita asli kebiaraan. Yaitu suatu kehidupan yang suci dan sederhana diserahkan kepada Tuhan dan kepada studi, ini memberi semangat baru kepada gereja untuk kehidupan kebiaraan.
2.      Timbulnya theologi yang kreatif diperkembangkan pertama-tama disekolah-sekolah untuk pendidikan para imam yang ada dirumah uskup-uskup dan untuk para biarawan di biara-biara. Theologi ini disebut theologi skholastik yang memakai jalan berfikir dan istilah fisafat Yunani dan filsafat Aristoteles. Lazimnya diberikan tiga periode dalam Skholastik :
o Awal skholastik( 1000-1200yaitu abad ke 11dan 12): seorang tokoh theologi pada periode ini adalah Anselmus dari Canterbury.
o Kejayaan skholastik (abad ke 13), dimana Thomas dari Aquiono paling menonjol.
o (Yang bersamaan dengan periode berikutnya  akhir abad pertengahan) akhir skholastik(1300-1500 yaitu abad ke 14 dan 15) antara lain William dari Ockham.
3.     Pada abad ini juga ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang besar lahir universitas-universitas yang pertama. Universitas yang tertua adalah universitas Paris (sorbonne), universitas Oxford dan Cambridge di Inggris dan Bologna di Italia termasuk yang pertama di Eropah.
4.   Pada periode ini juga kepausan mencapai puncaknya  yang berperan dibidang politik. Hal ini nyata dalam perang salib(1100-1300), yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus  yang bertujuan  untuk merebut Palestina khususnya Yerusalem, dari tangan Islam. Tidak sulit untuk membayangkan bahwa tujuan rohani ini disertai dengan tujuan politik, yaitu memperluas kuasa paus di Eropa Timur. Paus berhasil mempertahankan kuasanya dibidang politik dimana kepausan dicapai waktu paus Innocentius III(1200) menduduki takhta yang disebut kursi Petrus(sebab petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian kuasa paus mulai berkurang sampai akhirnya paus Bonifatius VIII(1300) gagal memperahankan kuasa kepausan terhadap raja Prancis. Paus berikutnya memindahkan kepausan dari Roma ke Perancis(kota Avignon) pada tahun 1309.

akhir abad pertengahan(1300-1492/1571)
Ini merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke zaman reformasi. Kepausan mengalami krisis, sedangkan penguasa-penguasa duniawi makin lama makin lebih menentukan  kehidupan diwilayah mereka termasuk kehidupan rohani. Sesudah paus Bonifatius VIII terjadilah pembuangan kepausan ke Babylon. Sebagai akibat pembuangan dan kemudian Skhisma kepausan kehidupan gereja merosot sebaba tidak ada pimpinan yang kuat. Kontrol atas rohaniawan menjadi berkurang sehingga tingkah laku merosot. Ini terjadi karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan. Yang dicari oleh paus untuk memperoleh kembali kedudukan politiknya adalah kuasa, pengaruh dan uang untuk membiayai kepausan dan segala usahanya.
Keadaan gereja menyedihkan banyak orang, sehingga mereka ingin memperbaiki gereja atau mereformasinya. Yang diperjuangkan adalah para rohaniawan berhenti memikirkan status dan uang saja dan kembali kepada kehidupan yang terarah kepada Allah. Hasil usaha-usaha untuk mereformasi gereja antara lain: skhisma kepusan dipulihkan(1415). Raja-raja berperan mengakhiri perpecahan gereja. Namun, peranan penguasa duniwi semakin menonjol bidang-bidang tradisional dikuasai oleh gereja: kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan theologi lebih bebas dibawah lindungan pemerintah. Akibatnya kelahiran kembali kebudayaan(renaissance) khususnya kebudayaan Yunani  dan Romawi berlangsung dari abad 14-16 mulai di Italia, Perancis, Spanyol, Inggirs dan Jerman.
Tujuannya untuk menggali sumber-sumber gereja yang ada di gereja kuno, dan untuk kembali kepada sumber kebudayaan kristen yang ada dikebudayaan Yunani dan Romawi.

Keadaan gereja pada abad pertengahan diwarnai oleh berbagai masalah. Beberapa masalah yang akan dibahas disini adalah kebudayaan, kehidupan rohani, dan politik pada masa tersebut, yang menjadi latar belakang gerakan reformasi.

   Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan di Eropa pada saat itu dipengaruhi oleh suatu kebangkitan minat terhadap kebudayaan kuno yang disebut Reinaisans (mulai sekitar abad XIII-XIV). Gerakan ini mendorong orang meminati kembali karya – karya klasik budaya Yunani, dari lingkungan kafir, dan belakangan, dari lingkungan gereja mula – mula.
Kritik diberikan terhadap gereja yang telah menyalahgunakan kekuasaan. Minat terhadap karya – karya klasik gereja menolong orang untuk membaca teks-teks  Alkitab dalam bahasa aslinya, bebas dari penafsiran paus dan pimpinan gereja pada waktu itu.
Pada tahun 1400-an, mesin cetak ditemukan, sehingga orang dapat memperbanyak tulisan dengan sangat mudah dan cepat. Hal ini di kemudian hari mempercepat penyebaran ide- ide baru, dan juga pencetakan Alkitab dalam bahasa sehari – hari.

       Kehidupan Rohani
Gereja di masa – masa menjelang reformasi menghadapi tantangan – tantangan dari berbagai pihak yang menuntut pembaruan. Gerakan – gerakan ini menyerang struktur gereja yang hierarkhis dan legalistik.  Muncul gerakan – gerakan yang menamai dirinya Waldens (Alpen) yang dipimpin oleh Peter Waldo, Kaum Lollard (Inggris) yang dipengaruhi oleh John Wycliff, dan kaum Husit di Bohemia yang diilhami oleh kritik dari Yohanes Hus.
Banyak pemimpin gereja yang menyeleweng dan menyalahgunakan kekuasaan. Terjadi  praktek simony, yatiu penjualan berkat – berkat rohani sehingga siapa pun bisa diselamatkan dengan membeli surat pembebasan siksa neraka (indulgensia).  Penjualan indulgensia juga untuk membiayai pembangunan gedung gereja Santo Petrus di  Vatikan.
Simoni juga dilakukan dalam jual-beli jabatan gerejawi, sehingga siapa pun dapat menjadi pejabat gereja, uskup, dengan uangnya. Tidak mengheranakan kalau kemudian terjadi perebutan kekuasaan bahkan sampai tingkat kepausan. Kepercayaan atas diri Paus pun hilang karena ia harus menyingkir dari Roma ke Avignon.
Di lingkungan gereja mucul pula petanyaan yang besar : siapakah yang memilikki kekuasaan tertinggi, Paus ataukah persidangan gereja (konsili) ? Paus, yang sudah terbiasa menikmati kekuasaan yang sangat besar, bahkan melebihi kaisar, tidak ingin kekuasaannya dibatasi. Di pihak lain, ada cukup banyak pemimpin gereja yang mengatakan bahwa kalau kekuasaan tidak dibatasi, akan muncul kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan tersebut.

         Politik
Dalam lingkup politik, muncul kesadaran baru akan ras dan etnis bangsa – bangsa Eropa. Eropa yang tadinya bersatu di bawah kekaisaran Roma Suci, kini terpecah – pecah di antara bebagai kepangeranan yang ingin memisahakn diri sebagai bangsa sendiri, dengan identitas dan bawahsanya sendiri pula.
Di lingkungan ekonomi, muncul ketidakpuasan di antara kaum petani yang dieksploitasi. Berkembang pula suatu kelas ekonomi yang baru, yaitu kaum borjuis. Mereka mempunyai tuntutan – tuntutan yang kian meningkat sehingga mengacaukan sistem ekonomi yang lama.








BAB III
PENUTUP
Selama abad Pertengahan, gereja menekankan agar kepercayaan dan kesalehan dihubungkan dengan sakramen. Pola pendekatan ini dianggap kaku. Sebab kasih karunia Tuhan dapat diperoleh secara otomatis melalui sakramen, perbuatan-perbuatan amal, bahkan kadang-kadang dengan hanya membayar uang, tanpa perubahan hati yang sungguh-sungguh. Karena itu ada beberapa upaya yang menghayati kasih-karunia Tuhan dengan cara mengabdi dan mencari Tuhan dengan segenap hati.
Tetapi yang tampak pada akhir abad Pertengahan adalah munculnya tokoh-tokoh mistik, yaitu Bernhard dari Clairvaux (1150) dan Eckhard (1300). Mereka mengajarkan agar manusia dapat mengalami dan merasai Allah secara langsung. Pengalaman ini bukanlah soal akal, tetapi dalam persekutuan mistis dengan Dia sehingga keakuan manusia hilang tenggelam di dalam ke-Allah-an. Dasar pemikiran mistis, karena jiwa manusia bersifat ilahi dan kembali ke asalnya. Tetapi perlu ditegaskan, bahwa para mistikus Kristen pada umumnya tetap mempertahankan perbedaan antara Khalik dengan manusia sebagai mahluk. Bernhard sangat terkesan dengan kemanusian dan kelemahan Kristus. Karena itu ia mengajarkan bahwa jiwa manusia akan mencapai kesatuan dengan Kristus melalui 3 tahap, yaitu: a). Bila melihat Kristus, jiwa itu akan menyesali dosa dan bertobat, b). jiwa itu memikirkan dan mencoba meneladani kasih Kristus yang tampak dalam penderitaanNya, c). jiwa itu dilimpahi dengan kasih Kristus dan dinyalakan oleh api kasihNya. Sedangkan Eckhard lebih berani berbicara tentang kemungkinan persatuan jiwa dengan Allah. Pada tingkat kesadaran dan persatuan yang tertinggi, manusia dapat begitu dekat dengan Allah sehingga tidak dapat dibedakan lagi denganNya.
Di samping itu telah berkembang para perintis Reformasi, yaitu Wyclif dan Yohanes Hus. Menurut para perintis reformasi ini, Alkitab harus merupakan pusat perhatian dari Gereja, karena itu Wyclif (1350) menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Mereka juga mengecam kekayaan yang ditumpuk oleh gereja dan kekuasaan kaum klerus atas kaum awam, serta menolak ajaran transubtansiasi.
Sedang kaum humanis yang ingin kembali ke suasana gereja perdana, salah seorang tokohnya adalah Erasmus (1500). Aliran humanisme sudah muncul sejak abad XIV. Mereka menginginkan agar orang-orang Kristen mencari kebaikan bukan dengan berbagai macam upacara dan latihan lahiriah; melainkan dengan mempelajari Alkitab dan mengikuti teladan Kristus dengan kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama manusia. Karena itu kaum humanisme menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, dan menghidupkan kembali studi bahasa asli Perjanjian Lama yaitu bahasa Ibrani.
Secara umum gereja mengalami kemerosotan moral khususnya para pimpinan gereja termasuk Paus melakukan berbagai tindakan yang immoral. Selain itu gereja makin terancam dengan majunya orang-orang Turki yang berhasil merebut kota Konstantinopel tahun 1453, sehingga kekaisaran Romawi Timur hilang dan kemudian orang-orang Turki juga berhasil menduduki seluruh Eropa Tenggara. Sehingga Gereja Orthodoks Timur akhirnya tunduk ke bawah kekuasaan Islam kecuali di Rusia sampai abad XIX.















DAFTAR PUSTAKA

Berkhof, H, Sejarah Gereja. 2009
Dr. C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja. 1987

Jumat, 15 Maret 2019

Study AGAMA-AGAMA - Agama Yahudi

                                     AGAMA YAHUDI

1. Salam Dalam Agama Yahudi
Shalom aleichem (atau sholom aleichem)  adalah sebuah salam dalam bahasa Ibrani, yang berarti "Damai kiranya menyertaimu". Jawaban yang tepat adalah "Aleichem shalom". Bentuk salam seperti ini lazim ditemukan di Timur Tengah. Versi bahasa Arabnya adalah assalamu alaikum. Salam ini dilakukan dalam bentuk jamak - sehingga digunakan untuk menyalami banyak orang - meskipun misalnya digunakan untuk satu orang saja. Shalom Aleichem juga merupakan ejaan alternatif bagi nama samaran penulis Yiddish Sholom Aleichem. Shalom Aleichem juga lazim digunakan oleh pemeluk Kristen Orthodox Timur Tengah, khususnya komunitas di daerah Israel, Palestina, Suriah, Libanon, Yordania, Turki, Mesir, Maroko dan Russia, bahkan di seluruh dunia. DIgunakan sebagai ucapan salam ketika beribadah, memulai khotbah dan salam kepada rekan dan sesama. Shalom dapat juga diterjemahkan dengan "Damai": damai yang dirasakan secara pribadi, ketenangan dan keseimbangan mental yang mendalam, yang dirasakan sebagai hadiah bagi kita yang menghargai Allah.

2. Sejarah Agama Yahudi
Sejarah Yahudi baik sebagai bangsa maupun agama bersumber dari fakta sejarah Kitab Suci yang bernama Bibel disertai dengan bukti sumber lain seperti artifak kuno, kronologi kerajaan atau arsip kerajaan tetangga, arsip buku lainnya dan arkeologi. Para sejarawan terkadang menganggap mitos terhadap fakta sejarah yang berupa kitab suci itu. Timbulnya sejarah yang diikuti dengan mitos ini disebut sejarah suci (sacred history). sejarah dan mitos muncul dalam pembahasan sejarah agama Yahudi dan orang Yahudi dahulu sebagaimana munculnya dunia kuno. Begitu pula secara akademik sejarah Agama Yahudi bersumber dari Bibel Yahudi..
Para ahli Ilmu Agama mengungkapkan bahwa kisah Agama Yahudi berawal dari peristiwa hijrah dan Perjanjian. Peristiwa hijrahnya Ibrahim dari kota Ur di Chaldea (Babylonia) ke daerah “Canaan” (kini Palestina) sekitar Tahun 2000 S.M merupakan awal sejarah Agama Yahudi. Pada saat itu kekaisaran Babilonia dipimpin oleh Hamurabi dan pada saat yang sama kekaisaran Mesir sedang memperluas daerah kekuasaannya. Dalam Bibel diceritakan bahwa Tuhan menjadikan Ibrahim seorang yang taat kepada Tuhan dan memanggil Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan menjanjikan dia berkat yang besar.
ke daerah Negeb dekat Betel (kejadian: 13).
Dalam peristiwa perjanjian disebutkan bahwa Tuhan telah menetapkan perjanjian dangan Ibrahim suatu perjanjian abadi atau kontrak Tuhan
dengan Ibrahim dan keturunannya bagi Agama Yahudi.
Bagi orang Yahudi, Ibrahim adalah Bapak mereka dan perjanjian ini dipahami tidak hanya persoalan teologi, tetapi juga berlanjut kepada persoalan sosial politik. Dengan pemahaman ini, sebagian orang Yahudi memahami bahwa Agama dan etinis menyatu. Begitu pula antara teologi dan sosial politik tidak bisa dipisahkan.
Menurut Firestone Bangsa Israel sepe-nuhnya adalah manusia, mereka secara moral lemah dan cenderung kalah terhadap godaan, mereka sering gagal melakukan sesuatu yang baik. Di sinilah gunanya sejarah Bibel baik berupa syair nasional, maupun kisah moral. Bahkan dengan hukum Tuhan, Israel selalu tidak bisa berbuat sesuai dengan persyaratan ketuhanan. Kegagalan manusia merupakan bagian dari kehidupan, namun dalam setiap peristiwa gagal, ada juga cahaya harapan, karena Tuhan memberi maaf dan karena orang berbudi mempertunjukan sikap kepahlawanan dan perilaku moral, sebenarnya Israel ber-tahan dan masuk ke Tanah yang dijanjikan walaupun sebagai orang yang berkekurangan. Menjelang tahun 1100 S.M., bangsa Yahudi menaklukkan suku Bangsa Canaan di Palestina.
Selama di Canaan bangsa Yahudi dipimpin oleh kepala suku yang disebut Hakim. Kemudian pemerintahannya berkembang men-jadi kerajaan. Raja pertama bangsa Yahudi adalah Saul. Tercatat pula dalam sejarah bahwa Raja Daud dan Sulaeman (Solomon) pernah memimpin bangsa Yahudi. Diantara prestasi Daud adalah penetapan Yerusalem sebagai kota kerajaan sekitar tahun 1000 S.M. Yerusalem dikenal sebagai tempat suci bahkan sebelum Ibrahim karena memiliki suasana dan tempat sakral untuk menyembah Tuhan yang dikenal sebagai El Elyon, “Tuhan Yang Mahatinggi” (Kitab Kejadian 14:17-20).Kota itu merupakan kota sempurna bagi kerajaan Daud yang bersatu, karena kondisinya berada di luar wilayah suku sehingga secara politik netral, karena berada di tengah telah dikenal sebagai kota suci, dan tetap bertahan. Selanjutnya sejarah Dunia tahun 700 S.M., mencatat bahwa Kerajaan Assiria ditaklukkan oleh Babylonia yang bangkit kembali. Sekitar tahun 600 S.M., bangsa Yahudi dideportasi ke Babylonia. Di Babiloni bangsa Yahudi mengalami perbudakan kembali. Namun zaman berubah setelah kekuasaan dunia berlanjut kepada kerajaan Persia setelah menaklukkan Babilonia sekitar tahun 500 S.M., dan gelom-bang pertama bangsa Yahudi pulang dari Babylonia membangun kembali tempat Ibadah. Sekitar tahun 457 S.M, gelombang kedua bangsa Yahudi pulang dipimpin oleh Ezra. Ezra dikenal dalam sejarah dunia sebagai pemimpin pembaharuan (restorasi) Agama Yahudi, karena dia memperbaiki sistem aga-ma dan sosial Yahudi.
Peristiwa ini berpengaruh pula dalam sistem ritual Synagog, Greja dan Mesjid. Namun tempat ibadah kedua ini dihancurkan oleh orang-orang Romawi. Upaya perbaikan Agama Yahudi yang dilakukan Ezra ditemani oleh Nehemiah. Ezra dan Nehemiah berupaya menyusun kitab Taurat itu -yang kini dijadikan kitab yang bersifat ketuhanan, sehingga agama Yahudi berkarakter nasional relijius dan spiritual.
Selama masa kekuasaan Helenisme di bawah pimpinan bernama Antiochus IV, Judea menderita dari perang sipil yang hampir meng-hancurkan seluruh rakyat Yahudi. Kelompok konservatif dikenal sebagai Maccobees menang dengan mengajukan orang–orang Helenisme radikal pada tahun 168 sebelum masehi dan mengukir Negara Yahudi independen yang memelihara cara-cara lama. Kemenangan atas tradisi ini ditandai dengan perayaan Hanukkah yang mengingatkan pengabdian kembali di tempat ibadah Yerusalem, yang telah dirusak oleh orang-orang Yunani dan sekutu Yahudi Helenatis secara radikal.
Ketika berhadapan dengan penganut Kristen, Kebanyakan orang-orang Yahudi menolak untuk menerima kejuruselamatan Yesus, karena menurut Agama Yahudi, Juruselamat yang benar akan membawa keselamatan dengan segera, tidak memerlukan “kedatangan kedua”. Karena para penganut Yesus mulai membutuhkan keyakinan bahwa Yesus juga diakui Anak Tuhan, Kristen ber-gerak melewati batas penerimaan keyakinan Yahudi. Agama Yahudi menganggap konsep Kristen Trinitas menjadi pelanggaran keesaan Tuhan. Penolakan absolute yang diberikan oleh Agama Yahudi terhadap keyakinan Kristen bahwa Yesus adalah Anak Tuhan,
Pada tahun 66 orang-orang Yahudi memberontak yang dipimpin oleh bangsa Zealot yang meyakini bahwa Tuhan akan membantu mereka dalam perangnya melawan kaum kafir Romawi dan membawa Hari Akhir yang diharapkan. Namun orang-orang Yahudi tidak semuanya satu pendapat terhadap pemberontakan itu. Sebagian besar meyakini bahwa hal itu bukanlah waktu yang tepat atau perang itu bukanlah cara yang tepat dalam mewujudkan penyelamatan
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Yahudi di Dunia
Modernisasi dalam Agama Yahudi secara tidak langsung berakar dari masa pencerahan yaitu gerakan pemikiran yang timbul pada abad XVIII di belahan Eropa. Gerakan ini sangat mengagungkan pikiran, bersifat liberal, kemanusiaan, dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan banyak penemuan-penemuan ilmiah. Kaum Yahudi dalam diaspora (pembuanngan) diberbagai negara Eropa juga bersentuhan dengan modernisme yang berlangsung di sana sekaligus dengan efek-efek buruk yang dibawa oleh dunia modern seperti trend yang lebih mengutamakan rasio dari agama, termasuk sekularisme.
Menurut Akhmad Sahal, salah satu respon kaum yahudi Eropa terhadap Pencerahan dan modernitas adalah dengan lahirnya zionisme yang di gagas oleh Theodor Herzl (1860-1904), wartawan Yahudi kelahiran Hungaria, seorang pemeluk asimilasionis, pembauran Yahudi ke dalam masyarakat Eropa modern Istilah Zionisme berasal dari akar kata Zion atau Sion yang pada awal sejarah Yahudi merupakan sinonim dari perkataan Yerussalem. Zion berasal dari bahasa Inggris, dalam bahasa latin artinya Sion, dan bahasa ibraninya adalah Tsyon. Arti dari istilah ini adalah bukit yaitu bukit suci Jerusalem. Zion juga ditunjukan bagi Kota Jerusalem sebagai kota yang tidak kentara, kota Allah tempat tinggal Yahweh. Zion menurut para sarjana merupakan sebuah nama bukit yang diceritakan dalam perjanjian lama.
Zionisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang terkait dengan sejarah orang-orang Yahudi di negara pembuangan untuk kembali ke negeri nenek moyang mereka, Palestina. Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas bangsa Yahudi penganut Yudaisme yang mengharapkan datangnya seorang juru selamat, yang akan membawa mereka kepada kerajaan Tuhan yang akan dipusatkan ditempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.
Hal yang sama juga terjadi di Jerman, tempat di mana gerakan Pencerahan Yahudi (Haskalah) yang dipelopori oleh Moses Mandelssohn justru tumbuh dengan subur. Para penggerak Reform Judaism di Jerman yang berupaya memposisikan agama Yahudi sebagai kredo etika universal begitu loyal terhadap tanah kelahirannya dan menyebut Berlin sebagai Jerusalem baru, “tanah air tempat di mana kita menautkan diri dengan ikatan cinta yang keras kepala.”
Untuk memulihkan kembali tatanan politik di Yerusalem. Dengan menjadi pemeluk teguh ide-ide Pencerahan seperti individualisme, rasionalisme dan sekularisme, mereka yakin bisa “persoalan Yahudi” yang mendera mereka selama ratusan tahun hidup dalam diaspora di Eropa akan bisa dipecahkan secara tuntas. Kini identitas keyahudian tidak lagi mereka definisikan dalam kerangka tradisional, yakni berdasar pada kepatuhan kepada halakhah (hukum Yahudi), melainkan berdasarkan Pencerahan, yakni sebagai individu dengan kebebasan dan kekhasannya sendiri.
Selain itu, Pencerahan ternyata juga melahirkan problem baru buat kaum Yahudi. Karena, selain melahirkan individualisme, ia juga memunculkan ide tentang nasionalisme modern. Tapi di situlah letak masalahnya. Ketika orang-orang Yahudi di berbagai negara Eropa bertransformasi menjadi individu-individu modern dengan identitas berdasarkan ide-ide kosmopolitan dan universal dari Pencerahan, masyarakat Eropa justru sibuk membangun nationstatenya sendiri-sendiri. Meskipun orang Yahudi sudah berusaha sepenuh hati menjadi bagian dari Eropa, ia tetaplah the other, orang luar di mata publik Kristen Eropa.

4. Keberadaan Agama Yahudi di Indonesia
Kehadiran orang Yahudi pertama kali di kepulauan Indonesia telah dikonfirmasi dalam sebuah teks tertulis yang berasal dari akhir Abad Pertengahan. Orang ini adalah seorang pedagang dari Fustat di Mesir, yang meninggal di pelabuhan Barus, Sumatera Utara tahun 1290. Pada tahun 1859, pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda, setelah mengunjungi  Batavia. Di Batavia, ia telah banyak berbicara dengan seorang Yahudi lokal, yang telah memberitahunya bahwa ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan Rezim Kolonial Belanda. Namun, beberapa anggota komunitas juga merupakan imigran Yahudi dari Irak atau Yaman. Pada masa Pemerintahan Belanda di Indonesia, Agama Yahudi diakui sebagai salah satu agama resmi.
Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika Pendudukan Jepang di Indonesia dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp penampungan. Setelah perang, Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah, dan banyak yang berimigrasi ke Amerika Serikat, Australia atau Israel.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, pada masa Pemerintahan Presiden Indonesia yang pertama Soekarno, hak penganut Yahudi sempat disamakan dengan agama lainnya seperti Islam, Kristen Protestan, dan Kriste Katolik. Bahkan melalui surat keputusan Menteri Agraria yang dirilis pada tahun 1961 menyatakan bahwa dia mengakui kaum "Agama Israelit" (sebutan kaum Agama Yahudi pada masa itu) diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Tidak banyak yang mengetahui pula, bahwa peristiwa 10 November 1945 juga melahirkan seorang pejuang yang berasal dari kaum Yahudi Surabaya, yaitu Charles Mussry.
Kilas balik fakta pada saat menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi inilah para pedagang bangsa Ibrani tiba di Maluku bersama mitra dagang kerajaan Roma yaitu para pedagang bangsa China. Salah satu bukti kuat cerita sejarah ini bahwa pada abad ke-1M, rempah-rempah dari Maluku pernah dijual di Yerusalem, adalah karena pada tahun 33 M, beberapa orang wanita Yahudi yaitu: Maria Magdalena dan teman-temannya membeli rempah-rempah di pasar Yerusalem untuk mengawetkan jenazah Yesus (Markus 16:1).
Pada akhir tahun 1960-an, menurut Kongres Yahudi Sedunia[5] populasi Yahudi di Indonesia diperkirakan ada 20 orang Yahudi asli yang tinggal di Surabaya dan Jakarta. Nenek moyang mereka adalah imigran Yahudi asal Yaman, Irak, Mesir, Iran, India, Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Portugis, Spanyol dan Eropa Timur. Serta 500 orang keturunan Yahudi asal Belanda, Jerman dan El Salvador tinggal di Manado dan Tondano, yang mana mendapatkan jaminan atas kebebasan beribadah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ditandai dengan diizinkannya pendirian sebuah Sinagoga dan tugu berbentuk Menorah.Terdapat keturunan dan perkampungan ras Yahudi asli di sekitar wilayah Maluku Utara,Seram,Maluku Tengah(Ambon).



5. Kitab Suci Agama Yahudi
Orang Yahudi meyakini bahwa Allah (G-d , Yahweh, TUHAN ) telah menurunkan kepada Musa:
Taurat Tertulis, yang kemudian biasa disebut Taurat saja, Torah, atau Tanakh, yang berisi Lima Kitab Nabi Musa : Genesis (Kejadian), Eksodus (Keluaran), Leviticus (Imamat), Numbers (Bilangan), dan Deuteronomy (Ulangan). Namun terkadang istilah Tanakh atau Taurat Tertulis juga dipakai untuk menyebut keseluruhan bagian yang biasa disebut oleh orang Kristen sebagai Perjanjian Lama (The Old Testament) dan merupakan Bible bagi orang Yahudi (Jewish Bible). Mereka meyakini bahwa Tanakh merupakan firman Allah yang didiktekan kepada Nabi Musa lalu Musa menuliskannya dalam dua buah lempeng batu, dan hal itu terjadi saat Nabi Musa menemui Allah di Bukit Sinai selama empat puluh hari empat puluh malam. Dan, Nabi Musa menerima pendiktean wahyu itu dua kali, karena – menurut mereka – Nabi Musa telah memecahkan kedua lempeng batu yang diterima kali pertama saat marah melihat umatnya ternyata menyembah patung lembu dari emas. Sehingga, ia terpaksa mengambil lempengan batu dan menuliskan wahyu lagi untuk kedua kalinya.
Adapun, isi Tanakh (Jewish Bible) secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
TORAH (The Law) :
Bereishith (In the beginning...) (Genesis)
Shemoth (The names...) (Exodus)
Vayiqra (And He called...) (Leviticus)
Bamidbar (In the wilderness...) (Numbers)
Devarim (The words...) (Deuteronomy)
NEVI'IM (The Prophets) :
Yehoshua (Joshua)
Shoftim (Judges)
Shmuel (I &II Samuel)
Melakhim (I & II Kings)
Yeshayah (Isaiah)
Yirmyah (Jeremiah)
Yechezqel (Ezekiel)
The Twelve (treated as one book)
Hoshea (Hosea)
Yoel (Joel)
Amos
Ovadyah (Obadiah)
Yonah (Jonah)
Mikhah (Micah)
Nachum
Chavaqquq (Habbakkuk)
Tzefanyah (Zephaniah)
Chaggai
Zekharyah (Zechariah)
Malakhi
KETHUVIM (The Writings):
Tehillim (Psalms)
Mishlei (Proverbs)
Iyov (Job)
Shir Ha-Shirim (Song of Songs)
Ruth
Eikhah (Lamentations)
Qoheleth (the author's name) (Ecclesiastes)
Esther
Daniel
Ezra & Nechemyah (Nehemiah) (treated as one book)
Divrei Ha-Yamim (The words of the days) (Chronicles)
6. Konsep ke-Tuhanan agama Yahudi
Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep Tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "
7. Allah disini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah dijelaskan dalam pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah."
8. Konsep keselamatan agama Yahudi
Inti ajaran agama Yahudi dikenal dengan “Sepuluh Firman Tuhan” kesepulu ajaran Tuhan tersebut di terima oleh nabi Musa di bukit Sinai (Tursina) langsung dari Tuhan. Sepuluh firman tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aku adalah Tuhanmu yang kamu sembah, yang telah membawamu keluar dari tanah Mesir, keluar dari rumah belenggu, kamu tidak mempunyai Tuhan lain kecuali aku.
2. Kamu tidak boleh membuat persamaan atau menyatakan segala sesuatu yang ada di langit setelah atas, atau di atas bumi, atau apa-apa yang ada di dalam air, di bawah bumi,dengan Tuhanmu.
3. Kamu tidak boleh menyianyiakan nama Tuhanmu (menyebut Tuhanmu dengan sia-sia).
4. Ingatlah hari sabat, untuk disucikan.
5. Hormatilah ayah dan ibumu.
6. Kamu dilarang membunuh.
7. Kamu dilarang mencuri.
8. Kamu dilarang bersaksi palsu.
9. Kamu dilarang berbuat zina.
10. Kamu dilarang bernafsu loba-tamak terhadap milik orang lain.

9. Hari-hari besar agama Yahudi
Hari suci dalam umat Yahudi disamping erat hubungannya dengan korban, juga erat kaitannya dengan peristiwa sejarah, musim panen, dan juga dengan Hilal. Hari suci dalam umat Yahudi antara lain Hari Paskah ( hari raya untuk merayakan pembebasan orang Israel dari perbudakan Fir’aun ),Hari Pantekosta ( hari ke-50 pesta paskah panen), Hari Perdamaian Besar ( hari ke 10 bulan ke 7 menurut penanggalan Yahudi yang dirayakan dengan cara berpuasa untuk penghapusan dosa ), Hari Pondok Daun ( hari raya pengumpulan hasil panen ), Hari Penembusan Dosa ( jatuh pada akhir bulan ke-6 atau awal bulan ke-7 kalender Yahudi ), Hari Bulan Baru ( perayaan dan pensucian hari pertama tiap bulan yang dirayakan dengan kurban dan perjamuan ), Hari Sabbath ( hari Sabtu dimana orang Yahudi dilarang beraktivitas ).
10. Tempat suci agama Yahudi
Umat Yahudi memiliki tiga tempat peribadatan yaitu :
Bait Suci :
Bait Allah (Bait Suci atau Kenish) merupakan pusat peribadatan bangsa israel yang terletak di Bukit Bait Suci, Yerusalem. Tempat ini di bangun oleh Raja Salomo (Sulaiman) dan difungsikan untuk tempat beribadah sekaligus persembahan korban karbanot. Di Yerusalem sendiri terdapat dua tempat suci yaitu :
- Bait Suci Salomo yang di bangun sekitar abad ke-10 SM (dihancurkan oleh bangsa Babel dibawah kepemimpinan Nebukadnezar pada tahun 586 SM)
- Bait Suci yang dibangun setelah bangsa Yehuda kembali dari pembuangan di Babel (536 SM – 515 SM)
Sinagoga :
Sinagoga dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah bagi pemeluk Yahudi yang tidak tinggal di Palestina. Sinagoge (rumah ibadah orang Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci Yerusalem, hal ini dikarekan ukurannya yang lebih kecil dan didalamnya tidak pembakaran korban.
Tembok Ratapan
Tempat ini merupakan salah satu tempat sakral bagi umat Yahudi, dalam arti tertentu dapat berperan sebagai pengganti Bait Suci. Di tempat ini pula mereka berkumpul untuk berdoa sejak Bait Allah Kedua dihancurkan oleh Romawi (70 M). tembok ini dibangun oleh raja Herodes Agung (tahun 20 sebelum kelahiran Yesus Kristus), dalam Bahasa Ibrani disebut dengan HaKotel Ha’Ma’aravi yang berarti tembok sebelah barat.
11. Pokok-pokok penting dalam agama Yahudi : Pengharapan Akan Mesias
Agama Yahudi sebenarnya merupakan kelanjutan ajaran kewahyuan yang pernah diturunkan oleh tuhan kepada nabi Ibrahim, juga memang agama-agama wahyu dimanapun selalu mempunyai ciri-ciri yang sama dalam prinsip-prinsip ajarannya. Dalam apa yang disebut “Perjanjian Ibrahim dengan Tuhan” telah disebutkan beberapa prinsip tentang kehidupan yang benar, dan bilamana janji-janji tersebut dipenuhi, tuhan akan memberikan pahala, baik didunia maupun diakhirat. Misalnya tuhan akan memberikan tanah kana’an yang subur untuk anak cucu Ibrahim adalah salah satu pemenuhan janji tersebut.
Agama Yahudi terkenal dengan agama monotheisme mutlak (tauhid) yang meletakkan dasar kepercayaan kepada tuhan yang maha Esa pada tempat pertama. Setiap orang Yahudi yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, harus lebih dahulu mengucapkan “shemah” yaitu ucapan sebagai berikut :
“dengarkanlah hai bangsa Israel, tuhan kita yang kita sembah adalah maha Esa”
Nabi Musa setelah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir Kuno, kemudian membawa pengikut-pengikutnya ke Lembah Bukit Sinai (Tursina) dimana ia menunjukkan kepada mereka dua buah papan yang bertuliskan 10 perintah tuhan atau yang disebut oleh orang barat dan orang Kristen adalah “Ten Comindments” yang mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Saya adalah Tuhanmu yang kamu sembah, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, keluar dari rumah belenggu; kau tidak mempunyai tuhan selain aku.
b. Kamu tidak boleh membuat persamaan atau menyamarkan segala sesuatu yang ada dilangit sebelah atas, atau diatas bumi, atau apa-apa yang ada dalam air, dibawah bumi dengan tuhan.
c. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan nama tuhanmu.
d. Ingatlah hari sabath, untuk disucikannya
e. Hormatilah ayah ibumu.
f. Kamu dilarang membunuh
g. Kamu dilarang mencuri
h. Kamu dilarang bersaksi palsu
i. Kamu dilarang berbuat zina
j. Kamu dilarang bernafsu lobak tamak terhadap milik orang lain
Kemudian ten comendement ini dijadikan inti ajaran kitab taurat dan dijadikan sumberhukum yahudiserta kepercayaan dan ethiknya. Dengan comendement ini pula orang Yahudi telah membuang faham agama bangsa primitif.
Adapun pokok-pokok agama yahudi telah mengalami perubahan beberapa kali sejak dari permulaan, menurut salah seorang sarjana yahudi yang pernah menjadi direktur lembaga kebudyaan yahudi Joseph Gerr dalam bukunya ”what the great religion believe” p. 114 adalah sebagai berikut :
“kepercayaan orang yahudi telah mengalami perubahan beberapa kali sejak dari permulaan sampai sekarang ini, ada beberapa kepercayaan dan upacara-upacara yang telah di tinggalkan. Dan beberapa yang telah dirubah dan disusun disesuai dengan kebudayaan yang mana agama tersebut mengandung hubungan-hubungan, sehingga kebudayan ataupun upacar-upacara tersebut mengalami pengertian yang baru.Tetapi ada beberapa kepercayaan kuno yang tersusun dalam tradisi yang masih tetap merupakan warisan masa lampau dan masih tetap mendapatkan pengikut-pengikutnya yang setia”
Dengan demikian agama yahudi pada masa sekarang atau masa-masa selanjutnya sudah tak dapat lagi disebut sebagai agama wahyu, karena telah mengalami perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pengikut-pengikutnya sendiri.Seperti halnya yang dikatakan dalam sebagian kitab taurat 33/50-53, dikatakan, “Tuhanmu telah berfirman kepada Musa….. katakanlah kepada Bani Israil, kamu sekalian menyebrangi negeri Urdu ke tanah Kan’an,maka usirlah penduduk setempat dengan paksa, dan hapuslah segala hasil karya mereka, keluarkanlah bangunan-bangunannya, rebutlah tanahnya, dan tinggallah disana,karena sesungguhnya aku memberi tanah kepada kalian semua untuk dimiliki hanya oleh kalian.Jika kita teliti lebih seksama ajaran lama yang tidak diperkenankan untuk membunuh,tetapi dalam kitab taurat yang telah diperbaharui ini justru menyuruh untuk membunuh. Dan hal ini amatlah mustahil jika benar ini adalah wahyu dari Tuhan.
Pengharapan akan Mesias
 Pengharapan Mesianis Yahudi

Istilah Mesias banyak sekali dipakai dalam Gereja Kristen bagi pribadi Yesus.  Istilah ini sama dengan istilah Kristus atau κρίστος  dalam bahasa Yunani yang berarti “Yang diurapi”.  Hal ini nyata dengan adanya fakta bahwa orang-orang yang percaya kepada Yesus pada masa-masa permulaan disebut sebagai orang-orang Kristen; dan hal ini merupakan kesaksian yang mengesankan akan konsep Kristus dalam pemikiran mereka. 

Mereka begitu yakin bahwa Yesus adalah Mesias dan mereka begitu giat dalam memberitakan hal itu hingga orang-orang lain menyebut mereka “pengikut-pengikut Kristus.”  Hal ini terjadi di Antiokia karena di sanalah pertama kali murid-murid itu disebut Kristen.  Di sanalah pertama kali jemaat di bangun di tengah-tengah orang-orang bukan yahudi (KPR 11:26).

Orang-orang Yahudi tidak akan menyebut orang-orang percaya sebagai pengikut Mesias, karena mereka tidak pernah mengakui bahwa jemaat Kristen memiliki hak untuk mempergunakan istilah itu bagi Yesus.  Tetapi bagi orang-orang bukan Yahudi tidak ada keberatan seperti itu dan mereka sebenarnya tidak memperdulikan dampak dari nama itu. 

Pemakaian kata ”Kristus” secara terus menerus kelihatannya tidak berarti bagi mereka.  Mereka seharusnya pada sumber-sumber orang Yahudilah didapat keterangan tentang betapa pentingnya gelar itu bagi Yesus dan bagi orang-orang pada zamannya. Baru setelah itu keterangan dari kitab-kitab Injil akan dapat dimengerti dengan benar.

  1.  Latar Belakang dalam Perjanjian Lama

Ada empat sumber utama untuk agama Yahudi pada zaman itu yaitu Perjanjian lama, tulisan-tulisan Apokrifa dan Pseudepigrafa, naskah-naskah Laut Mati (Qumran) dan tulisan-tulisan para rabi.  Gagasan tentang Mesias harus dipelajari dari masing-masing sumber tersebut. Mempelajari kebenaran Yesus sebagai Mesias perlu diperhatikan dua topik berkenaan dengan latar belakang pengharapan mesianis dalam PL.  Yang pertama, pemahaman pemakaian  x;yvim'  / meshiah (diterjemahkan ke dalam Bahasa Yunani sebagai cristo.j / kristos) dalam Perjanjian Lama.  Yang kedua adalah pengertian yang tepat tentang konsep “Anak Daud” dalam Perjanjian Lama.  Kedua topik tersebut sangat penting dalam perkembangan pengharapan mesianis orang-orang Yahudi

Sebenarnya arti dari kata  x;yvim' dalam Perjanjian Lama adalah sangat luas dan dalam prakteknya dapat dipakaikan untuk siapapun yang diurapi Allah, yaitu orang yang mendapatkan panggilan dan misi istimewa dari Allah.  Istilah tersebut paling sering dipakai untuk raja bangsa Israel (contohnya, 1 Sam 2:10, 35: 24:6; 26:9, 11, 16, 23), tetapi juga dipakai untuk imam-imam (contohnya, Imamat 4:3,5, 16; 8:12; Mazmur 84:10), nabi-nabi (contohnya 1 Raja 19:16), dan bapa-bapa leluhur (I Tawarikh 16:22; Mazmur 105:15). Bahkan istilah ini dipakai dalam Yes 45: I untuk Koresy, raja Persia, yang diberi peranan sebagai agen keselamatan bagi umat Allah.  Dalam Daniel 9:25 istilah tersebut (dalam konteks ini dygIn" x:yvim ) dipakai sebagai terminus technicus untuk Mesias yang akan menyelematkan umat Allah pada akhir zaman.[1]

Selain pemakaian kata  x:yvim dalam Perjanjian Lama, ada juga beberapa nas yang, menurut kebanyakan penafsir injili, menubuatkan kedatangan seorang Raja yang akan datang pada akhir zaman (Mesias).   Contoh yang dapat disebutkan adalah: Kejadian 49:10; Bilangan 24:17; Yesaya 9:6-7; Mikha 5:2; Zakharia 9:9.  Juga, beberapa ayat dan Kitab Mazrnur, yaitu 2:2 dan 110:1, ditafsirkan dalam Perjanjian Baru sebagai nubuatan tentang Yesus sebagai Mesias (KPR 4:25-26; Matius 22:44; Markus 12:36; Lukas 20:42; KPR 2:34)

Walaupun hanya beberapa ayat dalam Perjanjian Lama menyebutkan seorang Raja yang akan datang pada akhir zaman, beberapa pasal dalam Perjanjian Lama menggambarkan zaman mesianis dan aktivitas Allah pada waktu itu (contohnya Yesaya 26-29; 40-42; Yehezkiel 40-48: Daniel 12; YoeI 2:28-3:21).  Kenyataan ini konsisten dengan kecenderungan orang-orang dari Timur Tengah untuk lebih mengutamakan fungsi dari pada agen.

Makalah Perang Salib

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perang Salib (bahas latin”Expeditio Sacra Jelajah Suci) adalah serangkaian perang agama yang direstui Gereja Latin pada Abad Pertengahan. Menurut anggapan umum, perang salib adalah sebutan bagi perang-perang di kawasan timur laut tengah yang bertujuan merebut kembali tanah Suci dari kekuasaan Islam, namun sesungguhnya istilah “Perang Salib” juga digunakan sebaga sebutan bagi perang-perang yang direstui Gereja dikawasankawasan lain. Perang salib dikobarkan dengan berbagai alasan, baik untuk memberantas penyembahan berhala dan ajaran sesat, untuk menyelesaikan pertikaian diantara pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen Khatolik, maupun demi mencapai maksud-maksud politik dan penguasaan wilayah. Ketika pertama kali berkobar, perang-perang semacam ini belum disebut “Perang Salib”. Istilah itu baru mengemuka sekitar tahun 1760.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah  peristiwa terjadinya Perang Salib?

C. TUJUAN
Mengetahui Sejarah peristiwa terjadinya Perang Salib.




















BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB
Kira-kira tahun 1070 Plestina, Siria dan Asia kecil jatuh kedalam tangan orang Turki. Bangsa yang beragama Islam itu mengancam kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang-orang musafir Kristen yang mengunjungi tempat-tempat suci di Palestina, sangat diganggu dan disiksa oleh orang turki itu. Mereka menyampaikan keberatannya kepada paus. Kaisar Bizantium memohon pertolongan dari barat.
Pada suatu sinode di Clermont (Prancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh paus Urbanus II untuk mengangkat perang suci buat merebut tanah suci dari orang islam. Dimana-mana panggilan yang indah itu diteruskan oleh pengkhotbah-pengkhotbah yang bersemangat, misalnya petrus dari Amiens (Prancis Utara), yang sudah mengalami sendiri banyak sengsara di Palestina. Banyak orang dari segala lapisan masyarakat menurut ajakan itu saraya berterika: “Allah menghendakinya!” mereka menempelkan sebuah salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda, bahwa mereka mau pergi merebut Yerusalem, tempat Yesus disalibkan. Tak dapat tidak banyak orang yang turut-serta karena terdorong oleh berbagai-bagai motif yang kurang suci, umpamanya ada yang mengharapkan untung dan kehormatan, ada yang hatinya tertarik oleh segala cerita yang ajaib tentang daerah timur itu: tak sedikit juga orang yang ingin mendapat penghapusan dosa (indulgensia), yang dijanjikan oleh paus. Paus sendiri ingin mengembangkan kekuasaannya ke daerah timur. Memang bagi umat Kristen pada umumnya perang salib itu mengandung arti rohani yang mulia dan dianggap sebagai suatu kebajikan yang besar, tetapi dalam praktek perang itu tidak berbeda dari perang biasa. Apalagi tak ada maksud perang suci itu untuk mengabarkan injil diantara orang islam.

B. RIWAYAT
Pasukan-pasukan pertama yang berangkat ke tanahsuci kurang dilengkapi dan tak mengenal segala keadaan yang sukar-sulit itu,dengan mengendarai seekor keledai. Tetapi hampir segenap tentara ini dibasmi oleh orang Bulgariadan Turki. Akan tetapi tentara besar yang lebih teratur yang dikepalai oleh Godfriend dari Bouillon (Buyon) akhirnya mencapai maksudnya, walaupun mereka ditimpa oleh rupa-rupa kesusahan dan hanya sebagian kecil saja yang sampai ke kota Yerusalem. Sebagian dari Asia kecil dan daerah-daerah Siria dan Palestina dekat laut ditaklukannya. Pada tahun 1099 Yerusalem jatuh sesudah pertempuran yang dasyat. Godfried menolak mahkota emas tanda pangkat raja, karena katanya: di kota ini Yesus telah dimahkotai dengan duri. Ia bergelar “Pelindung makam suci”.

Perang Salib yang kedua dianjurkan oleh Bernard dari clairvaux, sesudah kerajaan edesa di asia kecil yang dibentuk pada masa perang salib pertama, direbut pula oleh musuh. Perang salib yang kedua ini berlangsung dari tahun 1157-1159, tetapi tak berhasil, sebab sudah lumpuh dimuka kota Damaskus.
Pada tahun 1187 Yerusalem direbut kembali oleh sultan Saladin dari mesir. Hal itu menyebabkan perang salib yang ketiga. Raja-raja inggeris (Richard Hatisinga), Perancis (Philip August) dan Jerman (Frederik Barbarossa) menggabungkan usahanya, tetapi kaisar frederik mati lemas di Asia Kecil, sehingga sebagian besar dari pasukan-pasukannya pulang ke negerinya dan raja-raja yang lain berbantah-bantah saja. Akibatnya ialah bahwa perang yang ketiga inipun gagal.
Perang Salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh Paus Innocentius III. Tetapi maksud yang sebenarnya ialah untuk memajukan perniagaan Venetia yang bersaingan Hebat dengan Byzantium. Kota ini dikalahkan dan kerajaan timur diganti dengan suatu kerajaan Latin. Peraturan-peraturan Gereja juga diubahmenurut adat Gereja dari Roma. Pada tahun 1261 kaisar mengusir pula orang-orang barat dari ibukotanya, tetapi oleh segala huru-hara ini kekaisaran timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang islam.
Tatkala orang-orang dewasa tak suka lagi berangkat ke palestina, diusahakanlah suatu perang salib anak-anak saja, tetapi tiada seorangpun dari 30.000 anak itu sampai ke tanah suci. Kebanyakan mereka itu mati kelaparan atau jatuh ke tangan saudagar-saudagar budak.
Hanya perang salib yang keenam saja yang berhasil lagi (1228-1229). Kaisar Frederik II mendapat Yerusalem, Betlehem, Nasaret dan pantai laut dengan jalan diplomasi. Tetapi pada tahun 1244 Yerusalem jatuh pula ke dalam tangan islam dan akhirnya zaman perang-perang salib dihentikan, sesudah bandar Akko direbut oleh orang islam pada tahun 1291.

C. AKIBAT
Nyatanya bahwa hasil politik dari segala usaha itu kurang sekali. Tetapi pada pihak yang lain, perang-perang salib itu mengakibatkan banyak hal yang sangat penting bagi Barat. Kebudayaan, ilmu dan kesenian eropa sangat diperkaya oleh pertemuannya dengan kebudayaan timur. Perdagangan mulai timbul dengan cepat, teristimewa ditanah Perancis dan Italia. Oleh sebab itu kota-kota bertambah-tambah besar dan timbulah “lapisan ketiga”dari masyarakat, yang bukan ksatria dan bukan klerus, melainkan penduduk kota biasa, seperti tokowan, tukang, pedagang, pegawai dan sebagainya.
Secara rohani dan gerejani pandangan orang sangat bertambah luas. Ada yang mulai menyaksikan kebenaran agam Kristen, tetapi pada umumnya kesalehan sangat dimajukan, sebab kunjungan ke tempat-tempat keramat itu menyadarkan kaum Kristen tentang kerendahan dan pengasihan Yesus. Keinsafan ini menerbitkan suatu ibadat baru terhadap kristus (devosi pada Kristus). Suatu akibat yang kurang menyenangkan ialah terjadinya penipuan besar dengan penjualan rekiwi-rekiwi.
Pada zaman perang salib timbullah juga beberapa “ordo ksatria” yang menggabungkan cita-cita rahib dan ksatria, yaitu mereka takluk kepada ketiga tuntutan kerahiban, tetapi bersumpah pula untuk menerangi orang kafir dan untuk menjamin perlindungan bersenjata kepada orang musafir. Yang tertua ialah ordo-ordo johanit dan tempelir (1120), yang terutama terdiri dari orang prancis. Pada tahun 1190 dibentuklah ordo Jerman, yang mengalahkan dan memasehikan daerah disebelah timur negeri Jerman. Lambat-laun ordo-ordo ini menjadi pasukan-pasukan pilihan yang langsung diperintahi oleh paus.





















BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Menurut Dr Christian De Jong pada bukunya “Pembimbing kedalam Sejarah Gereja” mengatakan bahwa perang salib terjadi dari tahun 1100 sampai 1300 yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus .
2. Perang-perang salib bertujuan merebut Palestina, khususnya kota Yerusalem dari tangan Islam. Tidak sulit untuk membayangkan bahwa tujuan rohani ini disertai dengan tujuan politik, yaitu memperluas kuassa Paus di Eropa Timur.
3. Perang-perang salib:
Perang Salib pertama dilancarkan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095. Urbanus menjadi paus pada tahun 1088.
Perang yang kedua dianjurkan oleh Bernard Dari Clairvaux yang berlangsung dari tahun 1157 sampai 1159.
Perang salib yang ketiga terjadi oleh karena sultan Saladin dari Mesir merebut Yerusalem pada tahun 1187 yang menyebabkan raja-raja di daratan Eropa seperti Inggris, Prancis dan Jerman yang berujung dengan keguguran raja perancis Frederik Barbarossa di Asia Kecil.
Perang salib yang keempat beralngsung dari tahun 1202 sampai 1204 dimulai oleh paus Innocentius III dengan tujuan memajukan perniagaan Venetia.
Dari sekian banyak perang salib yang terjadi, hanya perang salib keenam saja yang berhasil pada tahun 1228-1229 karena kaisar Frederik II berhasil mendapatkan Yerusalem, Betlehem, Nasaret dan pantai laut dengan jalan diplomasi. Meskipun pada tahun 1244 Yerusalem kembali jatuh ke tangan Islam dan akhirnya perang salib dihentikan








DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, H. 2018. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Curtis, A. Kenneth. 2013. 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Jonge, Dr. C. De. 2017. Pembimbing kedalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sejarah Gereja - Makalah Perkembangan Gereja Abad Pertengahan

BAB I PENDAHULUAN Dalam kepercayaan iman Kristen, Yesus Kristus adalah kepala gereja. Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus K...