PENDAHULUAN
Dalam kepercayaan iman Kristen, Yesus Kristus adalah kepala gereja. Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus disebut gereja. Gereja didirikan oleh-Nya, sementara Roh Kudus-Nya tentu berkarya dalam mengembangkan serta memelihara gereja di dunia. Tanda penyertaan Tuhan bagi gereja-Nya nampak pada saat Ia berjanji bahwa Ia akan menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20b). Dalam menjalankan misinya bagi dunia, gereja diperlengkapi dengan berbagai karunia melalui umat yang Tuhan tempatkan dalam gereja untuk menjadi para pelayan-Nya. Dalam panggilan misinya bagi dunia, gereja mengalami berbagai tantangan dan hambatan, namun dalam keadaan demikian, gereja terus bertumbuh dan semakin bertumbuh. Untuk mengetahuinya dengan lebih baik, kita akan menelusuri sejarah perkembangannya, khusunya Perkembangan Gereja pada Abad Pertengahan.
Abad pertengahan ditandai dengan jatuhnya kekaisaran Romawi dan kekaisaran Jerman lama. Pada masa ini terjadi peristiwa Perang Salib yang berakhir dengan pembagian terbaginya Yerusalem menjadi 3 wilayah: barat untuk Islam, timur untuk Kristen dan selatan untuk Yahudi. Kesusastraan dipegang terutama oleh golongan agama (Geistlichedichtung) dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jerman tinggi kuno (Althochdeutsch). Masa ini disebut pula sebagai abad kegelapan (Dark Ages). Abad pertengahan (Jerman : Mittelalter) adalah sebuah masa yang terletak antara abad kuno dan abad modern. Merupakan masa peralihan di mana gereja bersama dengan raja menguasai kehidupan masyarakat Eropa secara ideologis.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah gereja abad pertengahan (590-1492/1517)
1. Arti abad pertengahan
Selama abad ini gereja di Eropah Barat memainkan peranan menentukan seluruh kehidupan masyarakat.pada waktu yang sama Eropah keluar keseluruh dunia(1492: colombus menemukan Amerika ). Saat dimana gereja tidak lagi terbatas pada Eropah dan Timur Tengah seperti dahulu. Juga kesatuan gereja Barat yang dapat dipertahankan selama abad pertengahan, mejadi hilang karena Reformasi Martin Luther(1517).
2. Sejarah gereja abad pertengahan
awal abad pertengahan(590-910)
Agama kristen mulai tersebar ke batas Utara dan Timur laut benua Eropa, sedangkan di Timur Tengah dan Afrika Utara gereja terancam oleh serbuan pihak Islam. Sejak itu gereja di Barat dan Timur menjalankan sejarahnya masing-masing.
Di Eropa Barat gereja dinamakan gereja katolik Roma, yang dipimpin oleh uskup Roma, pusat gereja disebut paus. Paus tidak hanya sebagai kepala gereja tapi juga pemimpin masyarakat. Gereja berperan di bidang politik dan kebudayaan sehingga Gereja Katolik-Roma menentukan seluruh kehidupan masyarakat. Di Timur adalah kebalikan dari Barat. Ibukota Konstantinopel adalah pusat gereja Timur. Gereja Timur dinamakan gereja ortodoks (benar) kehidupan gereja terpusat pada kebaktian, dimana para anggota gereja melalui perayaan liturgy (terutama sakramen Perjamuan Kudus) mendapat bagian dalam keselamatan abadi.
abad pertengahan yang jaya (910-+1300)
1. awal kejayaan abad pertengahan ditandai oleh suatu reformasi atau pembaharuan kebiaraan yang mulai di Cluny Perancis. Reformasi ini merupakan reaksi terhadap perkembangan kebiaraan pada awal abad pertengahan dimana biara-biara, karena kedudukannya yang istimewa dalam masyarakat memperoloh kuasa besar dibidang duniawi. Biara-biara diberi tanah dan kekayaan sehingga semakin menjadi mewah. Namun perkembangan ini didobrak pada tahun 910, di Cluny karena didirikan biara baru yang berusaha memulihkan cita-cita asli kebiaraan. Yaitu suatu kehidupan yang suci dan sederhana diserahkan kepada Tuhan dan kepada studi, ini memberi semangat baru kepada gereja untuk kehidupan kebiaraan.
2. Timbulnya theologi yang kreatif diperkembangkan pertama-tama disekolah-sekolah untuk pendidikan para imam yang ada dirumah uskup-uskup dan untuk para biarawan di biara-biara. Theologi ini disebut theologi skholastik yang memakai jalan berfikir dan istilah fisafat Yunani dan filsafat Aristoteles. Lazimnya diberikan tiga periode dalam Skholastik :
o Awal skholastik( 1000-1200yaitu abad ke 11dan 12): seorang tokoh theologi pada periode ini adalah Anselmus dari Canterbury.
o Kejayaan skholastik (abad ke 13), dimana Thomas dari Aquiono paling menonjol.
o (Yang bersamaan dengan periode berikutnya akhir abad pertengahan) akhir skholastik(1300-1500 yaitu abad ke 14 dan 15) antara lain William dari Ockham.
3. Pada abad ini juga ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang besar lahir universitas-universitas yang pertama. Universitas yang tertua adalah universitas Paris (sorbonne), universitas Oxford dan Cambridge di Inggris dan Bologna di Italia termasuk yang pertama di Eropah.
4. Pada periode ini juga kepausan mencapai puncaknya yang berperan dibidang politik. Hal ini nyata dalam perang salib(1100-1300), yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus yang bertujuan untuk merebut Palestina khususnya Yerusalem, dari tangan Islam. Tidak sulit untuk membayangkan bahwa tujuan rohani ini disertai dengan tujuan politik, yaitu memperluas kuasa paus di Eropa Timur. Paus berhasil mempertahankan kuasanya dibidang politik dimana kepausan dicapai waktu paus Innocentius III(1200) menduduki takhta yang disebut kursi Petrus(sebab petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian kuasa paus mulai berkurang sampai akhirnya paus Bonifatius VIII(1300) gagal memperahankan kuasa kepausan terhadap raja Prancis. Paus berikutnya memindahkan kepausan dari Roma ke Perancis(kota Avignon) pada tahun 1309.
akhir abad pertengahan(1300-1492/1571)
Ini merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke zaman reformasi. Kepausan mengalami krisis, sedangkan penguasa-penguasa duniawi makin lama makin lebih menentukan kehidupan diwilayah mereka termasuk kehidupan rohani. Sesudah paus Bonifatius VIII terjadilah pembuangan kepausan ke Babylon. Sebagai akibat pembuangan dan kemudian Skhisma kepausan kehidupan gereja merosot sebaba tidak ada pimpinan yang kuat. Kontrol atas rohaniawan menjadi berkurang sehingga tingkah laku merosot. Ini terjadi karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan. Yang dicari oleh paus untuk memperoleh kembali kedudukan politiknya adalah kuasa, pengaruh dan uang untuk membiayai kepausan dan segala usahanya.
Keadaan gereja menyedihkan banyak orang, sehingga mereka ingin memperbaiki gereja atau mereformasinya. Yang diperjuangkan adalah para rohaniawan berhenti memikirkan status dan uang saja dan kembali kepada kehidupan yang terarah kepada Allah. Hasil usaha-usaha untuk mereformasi gereja antara lain: skhisma kepusan dipulihkan(1415). Raja-raja berperan mengakhiri perpecahan gereja. Namun, peranan penguasa duniwi semakin menonjol bidang-bidang tradisional dikuasai oleh gereja: kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan theologi lebih bebas dibawah lindungan pemerintah. Akibatnya kelahiran kembali kebudayaan(renaissance) khususnya kebudayaan Yunani dan Romawi berlangsung dari abad 14-16 mulai di Italia, Perancis, Spanyol, Inggirs dan Jerman.
Tujuannya untuk menggali sumber-sumber gereja yang ada di gereja kuno, dan untuk kembali kepada sumber kebudayaan kristen yang ada dikebudayaan Yunani dan Romawi.
Keadaan gereja pada abad pertengahan diwarnai oleh berbagai masalah. Beberapa masalah yang akan dibahas disini adalah kebudayaan, kehidupan rohani, dan politik pada masa tersebut, yang menjadi latar belakang gerakan reformasi.
Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan di Eropa pada saat itu dipengaruhi oleh suatu kebangkitan minat terhadap kebudayaan kuno yang disebut Reinaisans (mulai sekitar abad XIII-XIV). Gerakan ini mendorong orang meminati kembali karya – karya klasik budaya Yunani, dari lingkungan kafir, dan belakangan, dari lingkungan gereja mula – mula.
Kritik diberikan terhadap gereja yang telah menyalahgunakan kekuasaan. Minat terhadap karya – karya klasik gereja menolong orang untuk membaca teks-teks Alkitab dalam bahasa aslinya, bebas dari penafsiran paus dan pimpinan gereja pada waktu itu.
Pada tahun 1400-an, mesin cetak ditemukan, sehingga orang dapat memperbanyak tulisan dengan sangat mudah dan cepat. Hal ini di kemudian hari mempercepat penyebaran ide- ide baru, dan juga pencetakan Alkitab dalam bahasa sehari – hari.
Kehidupan Rohani
Gereja di masa – masa menjelang reformasi menghadapi tantangan – tantangan dari berbagai pihak yang menuntut pembaruan. Gerakan – gerakan ini menyerang struktur gereja yang hierarkhis dan legalistik. Muncul gerakan – gerakan yang menamai dirinya Waldens (Alpen) yang dipimpin oleh Peter Waldo, Kaum Lollard (Inggris) yang dipengaruhi oleh John Wycliff, dan kaum Husit di Bohemia yang diilhami oleh kritik dari Yohanes Hus.
Banyak pemimpin gereja yang menyeleweng dan menyalahgunakan kekuasaan. Terjadi praktek simony, yatiu penjualan berkat – berkat rohani sehingga siapa pun bisa diselamatkan dengan membeli surat pembebasan siksa neraka (indulgensia). Penjualan indulgensia juga untuk membiayai pembangunan gedung gereja Santo Petrus di Vatikan.
Simoni juga dilakukan dalam jual-beli jabatan gerejawi, sehingga siapa pun dapat menjadi pejabat gereja, uskup, dengan uangnya. Tidak mengheranakan kalau kemudian terjadi perebutan kekuasaan bahkan sampai tingkat kepausan. Kepercayaan atas diri Paus pun hilang karena ia harus menyingkir dari Roma ke Avignon.
Di lingkungan gereja mucul pula petanyaan yang besar : siapakah yang memilikki kekuasaan tertinggi, Paus ataukah persidangan gereja (konsili) ? Paus, yang sudah terbiasa menikmati kekuasaan yang sangat besar, bahkan melebihi kaisar, tidak ingin kekuasaannya dibatasi. Di pihak lain, ada cukup banyak pemimpin gereja yang mengatakan bahwa kalau kekuasaan tidak dibatasi, akan muncul kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan tersebut.
Politik
Dalam lingkup politik, muncul kesadaran baru akan ras dan etnis bangsa – bangsa Eropa. Eropa yang tadinya bersatu di bawah kekaisaran Roma Suci, kini terpecah – pecah di antara bebagai kepangeranan yang ingin memisahakn diri sebagai bangsa sendiri, dengan identitas dan bawahsanya sendiri pula.
Di lingkungan ekonomi, muncul ketidakpuasan di antara kaum petani yang dieksploitasi. Berkembang pula suatu kelas ekonomi yang baru, yaitu kaum borjuis. Mereka mempunyai tuntutan – tuntutan yang kian meningkat sehingga mengacaukan sistem ekonomi yang lama.
BAB III
PENUTUP
Selama abad Pertengahan, gereja menekankan agar kepercayaan dan kesalehan dihubungkan dengan sakramen. Pola pendekatan ini dianggap kaku. Sebab kasih karunia Tuhan dapat diperoleh secara otomatis melalui sakramen, perbuatan-perbuatan amal, bahkan kadang-kadang dengan hanya membayar uang, tanpa perubahan hati yang sungguh-sungguh. Karena itu ada beberapa upaya yang menghayati kasih-karunia Tuhan dengan cara mengabdi dan mencari Tuhan dengan segenap hati.
Tetapi yang tampak pada akhir abad Pertengahan adalah munculnya tokoh-tokoh mistik, yaitu Bernhard dari Clairvaux (1150) dan Eckhard (1300). Mereka mengajarkan agar manusia dapat mengalami dan merasai Allah secara langsung. Pengalaman ini bukanlah soal akal, tetapi dalam persekutuan mistis dengan Dia sehingga keakuan manusia hilang tenggelam di dalam ke-Allah-an. Dasar pemikiran mistis, karena jiwa manusia bersifat ilahi dan kembali ke asalnya. Tetapi perlu ditegaskan, bahwa para mistikus Kristen pada umumnya tetap mempertahankan perbedaan antara Khalik dengan manusia sebagai mahluk. Bernhard sangat terkesan dengan kemanusian dan kelemahan Kristus. Karena itu ia mengajarkan bahwa jiwa manusia akan mencapai kesatuan dengan Kristus melalui 3 tahap, yaitu: a). Bila melihat Kristus, jiwa itu akan menyesali dosa dan bertobat, b). jiwa itu memikirkan dan mencoba meneladani kasih Kristus yang tampak dalam penderitaanNya, c). jiwa itu dilimpahi dengan kasih Kristus dan dinyalakan oleh api kasihNya. Sedangkan Eckhard lebih berani berbicara tentang kemungkinan persatuan jiwa dengan Allah. Pada tingkat kesadaran dan persatuan yang tertinggi, manusia dapat begitu dekat dengan Allah sehingga tidak dapat dibedakan lagi denganNya.
Di samping itu telah berkembang para perintis Reformasi, yaitu Wyclif dan Yohanes Hus. Menurut para perintis reformasi ini, Alkitab harus merupakan pusat perhatian dari Gereja, karena itu Wyclif (1350) menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Mereka juga mengecam kekayaan yang ditumpuk oleh gereja dan kekuasaan kaum klerus atas kaum awam, serta menolak ajaran transubtansiasi.
Sedang kaum humanis yang ingin kembali ke suasana gereja perdana, salah seorang tokohnya adalah Erasmus (1500). Aliran humanisme sudah muncul sejak abad XIV. Mereka menginginkan agar orang-orang Kristen mencari kebaikan bukan dengan berbagai macam upacara dan latihan lahiriah; melainkan dengan mempelajari Alkitab dan mengikuti teladan Kristus dengan kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama manusia. Karena itu kaum humanisme menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, dan menghidupkan kembali studi bahasa asli Perjanjian Lama yaitu bahasa Ibrani.
Secara umum gereja mengalami kemerosotan moral khususnya para pimpinan gereja termasuk Paus melakukan berbagai tindakan yang immoral. Selain itu gereja makin terancam dengan majunya orang-orang Turki yang berhasil merebut kota Konstantinopel tahun 1453, sehingga kekaisaran Romawi Timur hilang dan kemudian orang-orang Turki juga berhasil menduduki seluruh Eropa Tenggara. Sehingga Gereja Orthodoks Timur akhirnya tunduk ke bawah kekuasaan Islam kecuali di Rusia sampai abad XIX.
DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, H, Sejarah Gereja. 2009
Dr. C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja. 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar